tidak satu rel dengan syaitan
dan malaikat menjadikan manusia istimewa
Gilang Dwi Laksana
Dalam agama samawa tuhan menciptakan tiga makhluk sebagai
ciptaannya. Tiga makhluk tersebut adalah syaitan,malaikat dan manusia.ketiganya
hidup dengan garis takdirnya masing masing. Tuhan telah menceritakan ketiganya
dalam banyak peristiwa Tidak satu rel dengan, kitab suci, maupun literatur
tentang bagaimana vonis ketiganya setelah hari akhir tiba.
Syaitan digariskan takdirnya sebagai penghuni abadi neraka.
Vonis ini dijatuhkan ketika mereka tidak
mau sujud kepada adam saat manusia pertama itu diciptakan. Kesombongan mereka
menyebabkan tuhan menjatuhkan vonis neraka bahkan kepada anak-anak syaitan yang
tidak tau menau dosa nenek moyangnya yang membangkan dengan sombongnya tidak
mau sujud kepada adam atas perintah
tuhannya. Vonis ini menyebakan semua garis keturunan syaitan akan selalu
berbuat dosa dan keburukan karena mau sebaik apapun mereka vonisnya tetap neraka.
Berbeda dengan syaitan, malaikat memiliki vonis yng lebih
mujur. Mereka diciptakan tanpa pengindraan dan hawa nafsu, mereka ditakdirkan
untuk melayani tuhanya dengan menjalankan tugasnya masing-masing. Malaikat
dikisahkan sebagai makhluk yang tidak pernah membangkang perintah tuhannya dan
akan berada disisi terbaik tuhannya sampai hari akhir tiba. mereka akan selalu
mendapatkan pundi pundi kebaikan karena itulah malaikat diciptakan.
Yang ketiga adalah manusia. Diantara dua makhluk sebelumnya
hanya manusia yang tidak mendapat vonis surga neraka dari tuhannya. Mereka
diberi kebebasan dalam menentukan arah tujuan akhir pelabuhnya.meski dalam
garis takdirnya yang rahasia manusia akan tetap hidup dalam kebebasan
bernavigasi untuk menentukan posisi akhir dirinya ketika semua berakhir.
Dalam menentukan kebebasan ini tuhan memberikan dua sisi
yang masing masing bertolak belakang bak magnet yang saling tolak menolak. Satu
sisi merupakan hambatan bagi manusia untuk mencapai moksa kebahagiaan sorga,
satu sisi lagi adalah alat navigasi yang diberikan tuhan untuk membantu dirinya
menentukan arah dan jalan dalam mencapai tujuan akhirnya.
Terlepas dari tuntunan kitab suci dan para nabi, secara
alami manusia memiliki dua sifat yang memisahkan dirinya dari jalur syaitan
yang selalu salah atau jalur malaikat yang selalu benar. satu sifat alami pada
diri manusia yang menjadikanya tidak satu rel dengan maiaikat adalah hawa
nafsu. Dalam konteks yang lebih dalam ketiga manusia ditanyai apa itu hawa
nafsu, mereka biasanya akan mendeskripsikan hawa nafsu sebagai suatu keinginan
manusia untuk mencapai sesuatu yang dapat mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya
melalui berbagai macam jalan. Jika ditanya kembali apa “sesuatu” tersebut maka
penulis mendeskripsikan adalah segala capaian yang mendatangkan kebahagiaan
secara hasrat,dan perasaan. Lalu, apakah semua yang membahagiakan merupakan
suatu hal yang buruk? Tentu tidak, namun dalam konteks linguistic yang dibahas
penulis pada bagian ini adalah capaian kebahagiaan yang cenderung buruk
sehingga menjadikan manusia tidak satu jalur dengan malaikat. Kebahagiaan itu
anatara lain keserakahan, ketamakan, kesombongan, keangkuhan, dan sifat sifat buruk
lainnya yang mendatangkan keburukan. Ketamakan membawa dampak kebahagiaan bagi
orang yang melakukannya. Dengan menjadi tamak atau serakah mereka akan
mendapatkan sesuatu yang bukan miliknya. Tentu perasaan bahagia akan muncul
ketika mendapatkan sesuatau yang lebih banyak dari yang semestinya. Namun
kebahagiaan yang mereka dapatkan merugikan pihak lain,sehingga dalam konteks
ini ketamakan yang mendatangkan kebahagiaan pada pelakunya mendapatkan ganjaran
dosa karena menggerogoti kepentingan dan hak orang lain.
Tuhan tidak membiarkan hawa nafsu menjadikan manusia satu
lajur dengan syaitan. tuhan memberikan satu alat navigasi pada diri setiap
individu manusia untuk berlayar dari kelahiran hingga kematian dalam Samudra
alam semesta yang teramat luas. Alat navigasi tersebut adalah akal pikiran dan
hati nurani. Akal pikiran yang diberikan tuhan kepada manusia difungsikan untuk
membantunya membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Sesulit apa
membedakan mana yang benar dan mana yang salah? dalam sejarahnya akal dan
fikiran manusia tidak tercipta langsung dengan sistem secanggih sekarang.
Selama berabad abad akal pikiran manusia terus berubah menuju arah
menggembirakan dalam menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Dalam
kemampuan berpikir yang terus berubah semenjak homo erectus yang masih
kesulitan membedekan mana jamur beracun mana jamur yang bisa dimakan hingga ke
homo sapiens yang sudah mampu menciptakan system hukum dan norma yang mampu
mengatur 7 milyar manusia lebih yang hidup sampai saat ini.
Namun menjadi homo sapiens
tidak menjadikan akal pikiran manusia menjadi sempurna dengan cepat.
Banyak ras manusia yang masih kesulitan membedakan mana benar mana salah.
Sebelum perang dunia 2 mengakhiri perang perang dingin selama beratus ratus
abad semenjak perang salib sampai serangan pearl harbour, manusia masih blum
bisa membedakan dengan baik bahwa damai itu benar dan perang itu salah. Meski
perang dibenarkan oleh beberapa agama dalam alasan tertentu namun tetap saja
jalan damai adalah sisi tolak balik dari perang yang setiap harinya menebas
jutaan kepala dan membuat anak anak menjadi gila mendengar jeritan peluru
setiap pagi, dan kehilangan ayah setiap sore.
pemikir pemikir hebat seperti aris totles,plato,
galileo,newton,,davinci,john lock atau tokoh filsuf lain berhasil mengubah
eropa kuno yang kepercayaan pada gereja masih sangat kuat menjadi eropa modern
yang humanisme. Tokoh tokoh tersebut menggunakan akal pikiranya untuk memberi
tahu bahwa terlihat seperti penyihir bukan berarti harus dihukum gantung, atau
mengatakan bahwa bumi mengelilingi matahari tidak harus dikuliti, atau juga
memberi tahu pemerintah bahwa diskriminasi kepada orang berkulit hitam
merupakan perbuatan yang keji.
Pikiran pikiran tersebut terus dikembangkan menjadi filsafat
yang kemudian dikembangkan lagi menjadi hukum dan norma sebagai bentuk tertulis
tentang pemikiran manusia yang berhasil memilah milah kebenaran dan kesalahan.
dari sini bisa disimpulkan bahwa akal pikiran manusia yang dianugrahkan tuhan
kepada manusia berhasilkan membedakan kita dari binatang, dimana kita dulu sama
sama mengendus jamur untuk membedakan mana yang beracun mana yang tidak menjadi
manusia sekarang yang cukup mendapatkan jamur dari belakang smarphone kita, sedangkan
hewan hewan masih mengendus jamur hingga sekarang.
Tidak adanya vonis surga neraka pada diri manusia menjadikan
kita istimewa, menjadikan kita makhluk yang berbeda dari dua makhluk lainnya.
Kita diberi kebebasan dan keluwesan untuk memilih jalan kita sendiri, dbekali
akal pikiran dan diganduli hawa nafsu menjadikan manusia makhluk yang special.
Manusia bisa bernavigasi sendiri menentukan arah rel-nya sedangkan syaitan dan
malaikat sudah ditentukan pelabuhanya masing masing. Bersyukurlah…
No comments:
Post a Comment